Tugas 2 Manajemen Layanan Sistem Informasi: Perbedaan antara BRM dengan SLM, Pengertian SOP, dan Kerangka Kerja
Nama : Rifdah Faatihah
NPM : 17118697
Kelas : 2KA20
Tugas Individu Softskill
Manajemen Layanan Sistem Informasi – ATA 2019/2020
Perbedaan antara BRM dengan SLM
Apa itu BRM dan SLM?
Keduanya merupakan bagian dari ITIL. Business Relationship
Management (BRM) mempunyai tujuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan
bisnis dengan pelanggan, mengenali kebutuhannya, dan menjamin bahwa perusahaan
dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan Service Level Management (SLM)
menjamin bahwa layanan saat kini dan yang direncanakan dapat memenuhi target
yang disetujui oleh perusahaan dan pelanggan.
Apa perbedaannya?
1. Tujuan
BRM berfokus pada kebutuhan bisnis dan memenuhi tujuan
bisnis pelanggan melalui pelayanan yang disediakan. Dalam tingkat bisnis,
hubungan dengan pelanggan tidak terlalu operasional.
Sedangkan SLM mendefinisikan, mendokumentasikan, menyetujui,
memantau, mengukur, melaporkan, dan mengulas tingkatan dari layanan teknologi
informasi yang disediakan. SLM akan berurusan dengan parameter yang harus
layanan capai.
2. Fokus
BRM berfokus pada tingkatan strategis, dalam artian hubungan
antara penyedia layanan dan pelanggan.
SLM berfokus pada tingkatan operasional, dalam artian menemukan
persetujuan di tingkat layanan yang disediakan dan apakah penyedia layanan
memenuhi persetujuan tersebut.
3. Pengukuran
Pengukuran utama BRM adalah kepuasan pelanggan. Banyak
perusahaan melakukan survei kepuasan pelanggan secara reguler.
SLM mengukur pencapaian target dari perspektif SLM, apakah
penyedia layanan mencapai target yang disetujui atau tidak? SLM yang efisien
akan menggunakan alat-alat yang tersedia, memantau eksekusi layanan, dan semua
proses yang berkaitan.
Kesimpulan
Keduanya saya rasa harus ada pada perusahaan. Pelanggan
adalah partner bisnis yang berarti dalam tingkatan bisnis hubungan seperti itu
diharuskan ada. Hubungan bisnis (BRM) memerlukan pendekatan yang berbeda dari
operasional (SLM). SLM dibutuhkan karena perusahaan dan pelanggan mempunyai
kontrak yang ditanda tangani dan dibutuhkan banyak usaha untuk mencapainya.
Susah untuk dikatakan mana yang lebih penting, tetapi jelas
bahwa di tingkatan bisnis yang tinggi dan profesional, keduanya dibutuhkan.
Referensi:
Valentic, B. (2013). ITIL Business Relationship Management
vs. Service Level Mgt. Retrieved from https://advisera.com/20000academy/blog/2013/07/15/business-relationship-management-service-level-management-much-management/
Pengertian SOP
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan flowchart di bagian akhir (Laksmi, 2008:52).
Setiap perusahaan bagaimanapun bentuk dan apapun jenisnya, membutuhkan sebuah panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap elemen atau unit perusahaan. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
Berikut beberapa pengertian SOP dari beberapa sumber buku:
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar (Sailendra, 2015:11).
Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.
Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan (Insani, 2010:1).
Kerangka Kerja
Standar
Pengelolaan Teknologi Informasi (TI)
Saat ini, pengelolaan teknologi
informasi (TI) di suatu organisasi tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Besarnya investasi organisasi pada TI menuntut organisasi untuk mengelola TI
dengan lebih bijak dan teliti. Terkait dengan pengelolaan TI, terdapat banyak
standard dan best practice yang sudah banyak diadopsi dan diterapkan oleh
industri. Beberapa kerangka dan pedoman standard pada pengelolaan TI ini antara
lain adalah CobIT, ITIL, ISO/IEC 38500, ISO/IEC 27001, CMMI, Balanced
Scorecard, dan Six Sigma. Masing-masing standard, pedoman, maupun kerangka
kerja tersebut memiliki cakupan dan persepsi yang berbeda-beda.
Tata kelola Teknologi Informasi (TI)
merupakan upaya menyeluruh pengelolaan asset dan proses pada TI di suatu
organisasi. Menurut kerangka kerja CoBIT, domain yang dicakup pada tata kelola
TI meliputi 4 area yaitu (1) align, plan and organize, (2) build, acquire and
implement, (3) deliver, service and support, dan (4)monitor, evaluate and
assess. Pada domain monitor, evaluate and assess, kehadiran SOP akan sangat
membantu memonitor apakah suatu proses sudah berjalan sesuai dengan standard
yang berlaku, serta apakah dapat memenuhi standar mutu tertentu. Oleh karena
itu, kehadiran SOP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan
tata kelola TI di suatu organisasi.
ISO/IEC 38500 : 2008 diterapkan untuk
mengatur tata kelola proses serta keputusan yang terkait dengan layanan informasi
dan komunikasi organisasi. ISO/IEC 35800 menerapkan 6 prinsip yaitu[6]:
1. Menetapkan tanggung jawab
2. Merencanakan dukungan terbaik untuk
organisasi
3. Melakukan akuisisi dengan alasan
yang jelas
4. Menjamin tingkat kinerja berada
pada level tertentu
5. Menjamin ditaatinya aturan
6. Menjamin apresiasi terhadap factor
manusia.
Implementasi ISO/IEC 38500
mengharuskan organisasi menerapkan tata kelola TI dalam model yang berupa
siklus evaluate-direct-monitor yaitu[6]:
1. Evaluate : mengevaluasi penggunaan
TI sekarang dan yang akan dating
2. Direct : mengarahkan persiapan dan
implementasi rencana dan kebijakan untuk menjamin bahwa penggunaan TI sesuai
dengan kebutuhan bisnis
3. Monitor : memantau kesesuaian
pengelolaan TI denan kebijakan, dan kinerja TI sesuai dengan rencana semula.
Balanced scorecard menyediakan pedoman
pengelolaan yang mengatur keberimbangan peningkatan pada 4 elemen yaitu
keuangan, kepuasan konsumen, peningkatan proses bisnis internal, dan proses
pembelajaran organisasi. Penerapan balanced scorecard pada layanan TI dapat diturunkan
dari balanced scorecard bisnis/organisasi, dan dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu [7] Balanced Scorecard IT development dan IT operations seperti
pada gambar 3. Hal ini membantu organisasi mendefinisikan standard terpisah
untuk layanan operasional TI dengan pengembangan TI.
Kerangka
Penyusunan SOP
Mengacu pada konsep penurunan
kebijakan hingga menjadi SOP seperti pada gambar 1, maka dapat disusun hirarki
dari tata kelola TI menjadi SOP dapat dilihat pada gambar 4. Pada gambar 4
terlihat bahwa konsep tata kelola TI diwujudkan menjadi serangkaian kebijakan
pada berbagai domain, bidang atau area pengelolaan, misalnya kebijakan
manajemen sistem informasi (SI), kebijakan keamanan TI, dan kebijakan
infrastruktur TI. Satu kebijakan dapat melahirkan sekumpulan standard manajemen
dan satu standard manajemen akan dapat dipenuhi oleh sekumpulan standard
operating procedure (SOP).
Penyusunan SOP di suatu organisasi
seringkali terbentur pada belum adanya pendekatan umum untuk menyusun SOP itu
sendiri. Hal ini terutama terkait dengan proses-proses yang belum tersedia standar
pedoman dari pemerintah atau lembaga otoritas lainnya. Seringkali organisasi
mengalami kesulitan untuk mencari acuan dalam penyusunan SOP. Atas dasar
kondisi tersebut, maka permasalahan yang akan diselesaikan pada penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana menyusun metode
penyusunan SOP terkait dengan layanan TI
b. Bagaimana menerapkan metode
penyusunan SOP
Langkah-langkah yang akan dilakukan
adalah :
a. Mengkaji standar kebijakan layanan TI
b. Mengkaji pendekatan dalam
penyusunan SOP
c. Membuat kerangka kerja umum
penyusunan SOP
d. Menerapkan kerangka kerja
penyusunan SOP dalam satu studi kasus
Standard kebijakan yang akan dijadikan
pedoman adalah ITIL, COBIT, ISO/IEC 38500, ISO/IEC 27001, CMMI, Balanced
Scorecard dan Six Sigma. Pemilihan standard kebijakan tersebut didasari oleh
pertimbangan bahwa:
1. Standard kebijakan tersebut sudah
banyak diadopsi oleh industri-industri terkemuka
2. Standard kebijakan tersebut sudah
memiliki pedoman standard, baik pedoman proses maupun pedoman penilaian mutu
3. Mengacu pada satu standard saja
dianggap belum memadai, karena kebutuhan atau ruang lingkup proses yang akan
dicakup di suatu SOP seringkali tidak sama persis dengan ruang lingkup proses
yang dicakup di suatu standard.
Sumber: https://shorturl.at/bcrsZ
Komentar
Posting Komentar